Rabu, 18 Maret 2009

PENYELENGGARAAN LIFE SKILL PEMUDA

PENYELENGGARAAN LIFE SKILL PEMUDA

MELALUI PENGEMBANGAN MODEL PEMBINAAN

BAKAT SENI OLAH VOKAL LAGU DAERAH

Oleh : Arman Agung (Arman Arnada)

2006

A. Latar Belakang

Seiring dengan pertambahan jumlah penduduk yang semakin pesat di negeri ini, terlihat kenyataan ketidakseimbangan yang mencolok antara jumlah lapangan kerja yang tersedia dengan jumlah pencari kerja. Dari data dasar Program Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda tahun 2003, hasil pertemuan dengan Kasubdin PLS/P di Solo Jawa Tengah yang dilaksanakan pada bulan Agustus 2003, dari jumlah penduduk Indonesia yaitu 189.078.857 jiwa, terdapat 12,81% atau 24.217.958 warga masyarakat kategori usia produktif (14 – 35 tahun) yang tergolong pengangguran. Di kawasan timur Indonesia (Regional V) yang penduduknya berjumlah 19.636.696 jiwa, terdapat 3.556.760 yang menganggur atau 18,11%, khusus di Sulawesi selatan yang penduduknya berjumlah 7.980.991 jiwa tercatat 1.852.978 atau 23.22% adalah pengangguran.

Dari data yang tercantum di atas menunjukkan bahwa dalam setahun saja telah terjadi peningkatan pengangguran yang sangat drastis di Sulawesi Selatan yaitu sebesar 21,98% (Data tahun 2002, dari 7.758.547 jumlah penduduk yang menganggur 96.301 orang atau 1,24%.).

(Sumber Data : Data Dasar Program Pendidikan Luar Sekolah & Pemuda Tahun 2003, hasil pertemuan dengan Kasubdin PLS/P Se Indonesia di Solo Jawa Tengah, Agustus 2003)


Penyebab pengangguran di kalangan pemuda produktif (warga masyarakat) sungguh sangat kompeks. Dari faktor internal pada dasarnya selain diakibatkan rendahnya kualitas SDM yang dimiliki untuk mencari lapangan kerja, juga karena adanya kesan ketidakmampuan pemuda pada umumnya untuk menciptakan lapangan kerja. Dari faktor eksternal yang menjadi penyebab di antaranya adalah karena masih minimnya upaya-upaya yang intensif memfasilitasi pemuda dalam hal mengaktualisasikan diri, baik langsung mengacu ke masalah pekerjaan, maupun yang mengarah ke masalah pembinaan mental kepribadian pemuda.

Pertemuan masalah pengangguran dengan masalah labilnya mental kepribadian pemuda, akan bermuara dan menjadi salah satu faktor pemicu utama timbulnya kerawanan sosial. Maraknya kenakalan remaja sampai ke tingkat kriminal berat sebagaimana yang dapat didengar, dibaca dan dilihat di media-media cetak dan elektronika, adalah merupakan salah satu ekses dari penanganan bidang kepemudaan yang belum memadai.

Bila dilihat dari kacamata positif persuasif sebenarnya pemuda sebagai salah satu komponen masyarakat memiliki banyak potensi yang dapat dikembangkan. Potensi-potensi tersebut selain dari segi usia dan tingkat pendidikannya, juga yang patut kita cermati adalah faktor bawaan yang dikenal dengan sebutan “bakat”. Usaha penyaluran bakat dan minat pemuda yang secara positif selain akan menjadi salah satu unsur terapi yang dapat mengatasi permasalahan kerawanan sosial, lebih jauh lagi dapat menjadi salah satu bentuk usaha pemecahan masalah terhadap pengangguran.

Salah satu bakat dan minat pemuda yang potensil untuk dikembangkan adalah bakat dan minatnya di bidang seni, khususnya seni suara (menyanyi). Besarnya jumlah pemuda berbakat di bidang ini, dapat dilihat pada fenomena kehidupan sehari-hari. Misalnya ketika ada pesta yang menyuguhkan acara hiburan menyanyi, maka pemudalah yang tampak mendominasi kegiatan tersebut. Demikian pula diminatinya tempat-tempat hiburan yang menyediakan fasilitas karaoke, menjamurnya group-group organ tunggal (elektone) di seluruh daerah sampai ke pelosok pedesaan yang terpencil sekalipun. Bahkan VCD Karaoke saat ini, sudah menjadi salah satu alat perlengkapan rumah tangga yang sangat memasyarakat.

Selanjutnya, produser rekaman lagu daerah yang ada di daerah ini, dalam kegiatan usahanya sudah tentu membutuhkan penyanyi untuk diorbitkan ke dunia rekaman lagu daerah. Namun pada kenyataannya sering kita dengar pendapat masyarakat yang mengatakan “Ah Si Fulan atau Fulanah masih jauh lebih pintar menyanyi dari pada yang dikaset itu”. Tentu timbul pertanyaan “Kalau begitu, kenapa bukan Si Fulan atau Fulanah yang terpilih jadi penyanyi rekaman di kaset itu?”.

Sistem pencarian dan perekrutan bakat/potensi penyanyi yang akan diorbitkan ke dunia rekaman oleh produser-produser lagu daerah, sampai saat ini belum optimal, sesuai dengan pengamatan kami sebagai salah satu penyanyi rekaman lagu daerah di Sulawesi Selatan, pada umumnya rekruitmen penyanyi untuk diorbit adalah dengan menggunakan jasa kenalannya dan atau orang-orang yang bergelut diseputar dunia rekaman (artis, arrangger, pimpro, distibutor kaset , dll). Hal ini sangat rawan, karena memungkinkan terjadinya praktek sogok-menyogok, penipuan, pelecehan seksual dan sebagainya, oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.

Dari fenomena tersebut di atas dapat ditarik asumsi, bahwa; di satu sisi, belum terarah dan meratanya peluang pemuda untuk menyalurakan bakat, dan potensinya di bidang seni olah vokal, dan di sisi yang lain, produser rekaman dalam membuat suatu album rekaman lagu daerah belum maksimal dalam sistem perekrutan penyanyi untuk diorbitkan.

Sehubungan dengan hal tersebut, dibutuhkan upaya pembinaan dan pengembangan. Kemampuan dalam bentuk keterampilan menyanyi sesungguhnya adalah sebuah bentuk keterampilan yang jika dikembangkan secara konsekuen dan profesional akan menjadi suatu keterampilan yang dapat digunakan sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan taraf dan kesejahteraan hidup bagi mereka yang menggelutinya. Hal ini berarti bahwa keterampilan olah vokal juga adalah sebuah bentuk keterampilan hidup (Life Skill) yang tidak berbeda statusnya dengan keterampilan hidup yang lain seperti menjahit, perbengkelan, komputer dan lain-lain. Keterampilan ini bisa dipelajari dan memiliki potensi besar untuk dikembangkan. Dengan adanya usaha penyaluran yang tepat dan sesuai dari keterampilan ini, dapat meningkatkan kesejahteraan hidup, baik sebagai profesi penunjang maupun sebagai profesi utama. Hal ini sudah penulis buktikan sendiri, yang selain sebagai Staf BPPLSP* Regional V Makassar, juga adalah penyanyi rekaman dengan nama seniman Arman Arnada yang telah merilis beberapa Album rekaman lagu daerah.

BPPLSP* Regional V sebagai lembaga pengkajian dan pengembangan program Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda, dalam hal ini telah melaksanakan suatu pendekatan pembinaan potensi pemuda produktif melalui pelaksanaan “Penyelenggaraan Lifeskill Pemuda Melalui Pengembangan Model Pembinaan Bakat Seni Olah Vokal Lagu Daerah”.

B. Tujuan

Tujuan pengembangan model Pembinaan Bakat Seni Olah Vokal Lagu Daerah adalah : secara umum program ini bertujuan sebagai upaya pemecahan masalah terhadap warga masyarakat yang memiliki kemampuan keterampilan olah vokal lagu daerah, dalam kaitannya dengan peluang untuk lebih meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Secara khusus yang akan dicapai adalah sebagai berikut :

a. Menemukan, membina dan mengarahkan penyanyi-penyanyi amatir lagu daerah dari kalangan pemuda yang berpotensi kearah jenjang profesional, yang pada saatnya dapat menjadi salah satu solusi terhadap masalah lapangan kerja.

b. Mengusahakan penyaluran potensi warga masyarakat khususnya pemuda yang memiliki kemampuan yang memenuhi syarat dalam bidang seni suara ke dunia rekaman.

c. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif warga masyarakat yang memiliki kemampuan di bidang seni olah vokal lagu daerah.

d. Secara bertahap BPPLSP* REGIONAL V akan memiliki lab site vokalis lagu daerah, sebagai wadah penampungan profil bagi pemuda yang memiliki bakat, minat dan potensi yang sudah dibina, yang pada saatnya dapat menjadi referensi bagi produser rekaman lagu daerah dalam mengorbit penyanyi ke dunia rekaman.

e. Menemukan model penyelenggaraan yang dapat dijadikan acuan untuk kegiatan sejenis.


C. Manfaat

Manfaat yang dapat diperoleh dari pengembangan model ini, dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Warga masyarakat.

Dengan dikembangkannya model ini, warga masyarakat khususnya pemuda dapat menyalurkan dan mengembangkan bakat serta potensinya di bidang seni olah vokal khususnya lagu daerah, yang pada tahap selanjutnya dapat menjadi salah satu solusi masalah lapangan kerja dan dalam usaha meningkatkan kesejahteraan hidupnya

Pengembangan model ini juga dapat dijadikan sebagai salah satu usaha mengurangi masalah kerawanan sosial yang sering ditimbulkan oleh kalangan generasi muda yang tidak menemukan tempat aktualisasi diri dan penyaluran bakat dan potensi yang tepat.

1. Sanggar Kegiatan Belajar (SKB)

Sebagai unit pelaksana teknis dinas pendidikan tingkat kabupaten/kota yang bertugas melaksanakan percontohan dan pengendalian mutu, SKB diharapkan dapat menggunakan model ini sebagai acuan dalam kegiatan pembinaan life skill, khususnya dalam hal pembinaan bakat seni olah vokal lagu daerah.

2. Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB)

Sebagai unit pelaksana teknis dinas pendidikan propinsi, khususnya bagi Tim Pengembang model, dapat menjadikan model ini sebagai bahan acuan dalam mengembangkan model yang sejenis, sesuai dengan situasi dan kondisi daerahnya.

3. Balai Pengembangan Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda (BPPLSP*) Regional V

Dengan mengembangkan model ini berarti telah melaksanakan usaha yang nyata terhadap salah satu butir tugas pokok dan fungsinya sebagai lembaga pengkajian dan pengembangan Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda. Di samping itu juga akan menambah jumlah referensi model-model pembinaan life skill, dan yang tak kalah pentingnya adalah meningkatkan apresiasi masyarakat akan keberadaan BPPLSP* Regional V sebagai lembaga pengkajian dan pengembangan Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda di dalam menangani masalah-masalah pendidikan luar sekolah secara lebih konprehensif.

4. Direktorat terkait di lingkungan Ditjen Diklusepa.**

Direktorat terkait di lingkungan Ditjen Diklusepa** (Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda) dapat mengevaluasi model sejenis yang telah dilaksanakan dan merintis upaya peningkatan pemberdayaan masyarakat sebagai salah satu strategi sosialisasi program-program pendidikan luar sekolah.

5. Mitra.

Bagi mitra yang dalam hal ini produser rekaman (recording company), akan merupakan salah satu alternatif pemecahan masalah dalam menemukan bibit-bibit penyanyi potensil berbakat untuk diorbitkan ke dunia rekaman lagu daerah.

D. Indikator Keberhasilan

Faktor-faktor yang dapat dijadikan sebagai ukuran keberhasilan pengembangan model Pembinaan Bakat Seni Olah Vokal Lagu Daerah, adalah sebagai berikut:

1. Peserta Didik

a. Meningkatnya pengetahuan, keterampilan dan sikap peserta didik dalam hal olah vokal (khususnya lagu daerah) yang dimiliki.

b. Adanya peluang yang lebih besar untuk masuk dapur rekaman, hal ini dimungkinkan oleh:

1) Dengan meningkatnya pengetahuan, keterampilan dan sikap positif peserta didik;

2) Salah satu bukti fisik hasil penyelenggaraan kegiatan ini adalah profil audio visual penyanyi daerah yang didistribusikan kepada para produser rekaman lagu daerah yang menjadi mitra dari kegiatan ini.

3) Adanya lab site vokalis lagu daerah BPPLSP* Regional V.

2. Tim Pengembang Pengembang Model

a. Adanya peserta didik yang telah dibina sehingga memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap positif dalam hal olah vokal (lagu pada umumnya dan lagu daerah pada khususnya).

b. Adanya Model “Pembinaan Bakat Seni Olah Vokal Lagu Daerah” yang dapat digunakan oleh user sebagai salah satu alternatif model pengembangan dalam ruang lingkup program pembinaan life skill pendidikan luar sekolah.

c. Profil audio dan atau audio visual vokalis lagu daerah

3. BPPLSP* REGIONAL V

d. Telah melaksanakan salah satu tupoksinya sebagai lembaga pengkajian pengembangan pendidikan luar sekolah dan pemuda.

e. BPPLSP* Regional V memiliki lab site vokalis lagu daerah.

E. Kesimpulan dan Saran

1. Kesimpulan

a. Pemuda sebagai salah satu komponen masyarakat sesungguhnya adalah salah satu unsur di dalam masyarakat yang memiliki banyak potensi yang dapat dikembangkan. Salah satu bakat dan minat pemuda (warga masyarakat) yang potensil untuk dikembangkan adalah bakat dan minat di bidang seni, khususnya seni suara (menyanyi).

b. Usaha penyaluran bakat dan minat pemuda yang secara positif selain akan menjadi salah satu unsur terapi yang dapat mengatasi permasalahan kerawanan sosial, lebih jauh lagi bisa menjadi salah satu bentuk usaha pemecahan masalah terhadap pengangguran.

c. Keterampilan menyanyi sesungguhnya adalah sebuah bentuk keterampilan yang jika dikembangkan secara konsekuen dan profesional akan menjadi suatu keterampilan yang dapat digunakan sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan taraf dan kesejahteraan hidup. Hal ini berarti bahwa keterampilan olah vokal adalah sebuah bentuk keterampilan hidup (Life Skill) yang tidak berbeda statusnya dengan keterampilan hidup yang lainnya.

d. Penyelenggaraan lifeskill pemuda melalui pengembangan model pembinaan bakat seni olah vokal lagu daerah ternyata memberi manfaat yang sangat positif bagi warga masyarakat khususnya peserta pembelajaran dan bagi para user (produser rekaman), terbukti bahwa dengan mengikuti kegiatan ini ada beberapa peserta yang merupakan output kegiatan ini telah masuk ke dapur rekaman lagu daerah.

e. Kegiatan penyelenggaraan lifeskill pemuda melalui pengembangan model pembinaan bakat seni olah vokal lagu daerah perlu dilaksanakan secara berkesinambungan demi untuk menjawab masalah warga masyarakat khususnya pemuda dalam hal penyaluran dan pembinaan potensi yang dimilikinya di bidang seni olah vokal lagu daerah; yakni di satu sisi, belum terarah dan meratanya peluang yang positif untuk menyalurakan bakat, minat dan potensi di bidang seni olah vokal, dan di sisi yang lainnya, ternyata produser rekaman dalam membuat suatu album rekaman lagu daerah belum maksimal dalam sistem perekrutan penyanyi untuk diorbitkan.

2. SARAN

Hendaknya pemerintah, dalam hal ini Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah beserta seluruh jajarannya, dapat memberi perhatian terhadap keterampilan hidup (life skill) yang sejenis. Karena dengan adanya pembinaan keterampilan seni, disamping sebagai salah satu alternatif peningkatan taraf kesejahteraan hidup, juga sebagai sarana pembinaan dan terapi kejiwaan. Bukankah selama ini, pembinaan pengetahuan dan keterampilan akal dan fisik selalu memperoleh porsi yang penuh, sedangkan pembinaan pengetahuan dan keterampilan batiniah hampir-hampir tidak mendapatkan tempat bahkan terlupakan. Apakah benar didalam tubuh yang sehat dan berpikiran cerdas akan selalu terdapat jiwa yang sehat. Sungguh ironi melihat anak sekolahan dan mahasiswa yang tawuran dan berdemonstrasi dengan cara-cara anarkis, bahkan ternyata karyawan swasta dan pegawai negeri sipil pun juga tidak mau ketinggalan…...?!?


Semoga kita sependapat bahwa

olah akal & olah raga

SAMA PENTINGNYA dengan olah rasa.


*) Saat ini telah berubah nama menjadi Balai Pengembangan Pendidikan Non Formal dan Informal (BPPNFI) Regional V

**) Saat ini telah berubah nama menjadi Direktorat Jenderal Pendidikan Non Formal dan Informal (Ditjen PNFI)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar